Selasa, 12 November 2013

Perlu Keseriusan dalam Mengelola Peternakan Sapi


Ternyata mengembangkan usaha ternak sapi itu tidaklah terlalu sulit kalau dilakukan dengan serius, tidak sambil lalu. Yang terpenting adalah bagaimana mengatur pakannya. Sebab kunci berternak adalah bagaimana mengelola pola makan ternak secara efektif, agar pertumbuhan sapi bisa berkembang baik, sapi jadi gemuk dan lebih terawat. Di samping itu, peternak juga harus memahami berbagai penyakit sapi serta cara penanggulangannya.

Demikian yang terungkap saat peserta pelatihan ternak sapi dari Bitra Indonesia melakukan dialog dengan pihak Koperasi Karyawan Rispa Medan (KKRM) di kantor Kebun Percobaan Bukit Sentang, Kamis (3/10) lalu, di Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat. Para peserta yang terdiri atas kelompok tani dampingan Bitra dari tiga kabupaten, yaitu Sergai, Deli Serdang dan Langkat, ini disambut baik dan berdialog langsung dengan Ilyas, mandor peternakan sapi di kantor tersebut. Adapun peternakan sapi, jelas Ilyas, ini merupakan anak perusahaan dari KKRM, yang mencoba peluang usaha di bidang peternakan dan didukung oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.

Jumarni, staf community development Bitra Indonesia, saat mendampingi peserta pelatihan menjelaskan, peserta pelatihan yang berjumlah sekitar 20-an orang petani ini hendak belajar langsung bagaimana pihak KKRM mengembangkan usaha peternakan sapi. Mulai dari cara mengolah pakan ternak sapinya sampai penanggulangan penyakitnya. “Karena petani yang kita libatkan dari tiga kabupaten ini rata-rata sudah mempunyai ternak, tetapi belum begitu paham bagaimana mengelola ternaknya secara baik dan efektif,” jelasnya.

Menurut Ilyas, dalam merawat sapi ternak ini, kita harus jeli dan memahami perkembangan sapi-sapi tersebut. Dimulai dari ukuran kandang, kesehatan sapi, penyakitnya, sampai kapan sapi berahi pun bisa diprediksi untuk melakukan breeding (pembibitan sapi). Namun, yang terpenting juga adalah bagaimana mengatur pola makan sapi-sapi tersebut, termasuk memberi jenis pakannya. “Mengenai pakan sapi tersebut, di sini kami mengolah pelepah daun kelapa sawit, yang rata-rata bisa habis 500 pelepah per hari untuk memberi makan sapi-sapi yang mencapai 157 ekor itu,” katanya. Apalagi dalam upaya pembibitan, tambahnya lagi, sapi-sapi yang dipelihara harus diperhatikan pakannya dan perawatannya, terutama dari segi kesehatan sapi.

Dalam kesempatan pelatihan tersebut, Ilyas mengajak rombongan Bitra berkeliling di areal peternakan sapi. Di mulai dari Gudang Pengolahan Pakan Sapi, peserta ikut menyaksikan dan terlibat bagaimana mengolah pelepah kelapa sawit menjadi pakan sapi. Pelepah sawit yang dijadikan pakan ternak itu sebelumnya digiling dulu ke dalam mesin penggiling, yang disebut cuper alias mesin cacah super. Pelepah sawit yang panjangnya sekitar 3-4 meter ini lantas berubah jadi serpihan-serpihan kecil, hampir seperti bubuk, keluar dari lubang pipih di bagian lainnya dari mesin tersebut. “Tapi sebelumnya, duri-duri di pelepah juga harus dibuang dulu. Karena ditakutkan kalau ketika digiling duri itu tidak hancur lalu termakan oleh sapi, itu bisa mengganggu pencernaannya,” jelas Ilyas.

Kemudian, serpihan pelepah sawit yang telah dicampur dedak padi, bungkil sawit, tetes tebu, garam, dan mineral ini diaduk di dalam mesin pencampur/mikser. Lalu dimasukkan ke dalam karung-karung untuk difermentasi. Menurut Ilyas, pakan ini bisa tahan sampai 10 hari, dan aroma yang keluar dari pakan ini nantinya bisa menimbulkan nafsu makan sapi. “Untuk kebutuhan pakan, yang dibutuhkan tergantung dari berat badan sapi, biasanya 3 % dari berat badan sapi per ekornya,” jelas Ilyas.

Setelah mengikuti proses pengolahan pakan, peserta diajak melihat dan merawat sapi-sapi di kandang serta mengolah kotoran sapi jadi pupuk organik. Pupuk organik ini, dijelaskan Ilyas, sudah diuji coba 17 kali, dan hasilnya sangat bagus buat tanaman. Tak cuma itu, peserta juga diajak meninjau wadah pengolahan kotoran sapi menjadi biogas, yang dapat disalurkan untuk kebutuhan gas rumah tangga. Saat ini biogas yang diolah KKRM sudah bisa menyuplai untuk kebutuhan gas rumah tangga di 30 rumah di sekitar Kebun Percobaan Bukit Sentang.

Bantuan sapi bergulir
Suratno, Ketua Serbila, merasa senang dengan pengetahuan yang telah diberikan Ilyas dari pihak KKRM tersebut. Ia berharap ini bisa juga diterapkan di kalangan masyarakat petani Langkat, terutama anggota Serbila. “Apalagi kalau bantuan ternak sapi ini betul-betul dapat direalisasikan di masyarakat Langkat,” ujarnya berharap.

Demikian pula dengan Suheri, peternak dari Desa Serba Jadi, Deli Serdang. Seusai pelatihan ini, ia berniat akan mencoba menerapkan berbagai pengetahuan yang didapatnya dari pihak pengelola Peternakan Sapi KKRM tersebut. Mengenai pengolahan kotoran ternak menjadi biogas, menurut Suheri, mudah-mudahan di kampungnya hal itu bisa secepatnya terealisasi.

Menyambut baik harapan para peserta pelatihan tersebut, Jumarni mengatakan, dalam waktu dekat mudah-mudahan akan ada bantuan ternak sapi. Tapi bantuan ini tidak berbentuk hibah, melainkan bantuan bergulir. Artinya, ternak sapi ini bisa bermanfaat banyak dan menyeluruh ke petani-petani lainnya. Ambil contoh, ketika sapi itu melahirkan, anak sapi tersebut akan diberikan kepada petani lain, yang belum mendapat sapi. “Jadi, manfaat langsung dari ternak sapi itu bisa dimanfaatkan petani lainnya,” jelasnya. (jc) 



Senin, 08 Juli 2013

Melalui SLPSA, Petani Harus Bisa Mandiri

Dalam rangka mengampanyekan dan mengembangkan pertanian organik, Bitra Indonesia kembali mengadakan sekolah lapang pertanian selaras alam (SLPSA), yaitu pola pertanian yang sering disebut pertanian organik. Sekolah lapang ini diadakan sejak awal Maret 2013 di dua desa, yaitu Desa Pulau Tagor dan Desa Celawan, keduanya berada di Kabupaten Serdang Bedagai. Harapannya, dengan mengikuti SLPSA ini, para petani harus bisa lebih mandiri dan berani melakukan pertanian organik secara berkelanjutan.  
Jumarni, staf community development Bitra Indonesia menjelaskan hal tersebut di hadapan 26 peserta SLPSA di Desa Pulau Tagor, Kecamatan Serbajadi, Kabupaten Serdang Bedagai, beberapa waktu lalu. Hal senada juga disampaikannya pada para peserta SLPSA di Desa Celawan, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. Pada intinya, kegiatan sekolah lapang ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat petani tentang pentingnya pertanian organik itu dilakukan. “Selain merawat keberlanjutan lahan pertanian, pertanian organik juga dapat mendukung pengurangan dampak perubahan iklim,” ujarnya.
Praktek pada sekolah lapang itu sendiri, tambahnya lagi, akan lebih memberikan pemahaman kepada masyarakat petani bagaimana melakukan pertanian organik secara benar dan baik, lalu membandingkannya dengan pertanian konvensional. “Dengan mengikuti sekolah lapang ini, para petani dari Desa Pulau Tagor dan Desa Celawan diharapkan mampu memberikan penjelasan kepada petani lainnya bagaimana bertani yang baik secara organik, dan apa saja keuntungannya. Karena mereka sudah mengalaminya sendiri, tentu penjelasan mereka akan lebih berkesan,” jelasnya.
Selain dilatih bagaimana melakukan pengamatan dan analisa agroekosistem, para peserta sekolah lapang juga dibekali dengan berbagai keterampilan bagaimana membuat pupuk organik, baik padat maupun cair. Beberapa pemateri atau fasilitator, seperti Pak Kamaruddin dan Pak Sarman dari Desa Lubuk Bayas juga sengaja diundang untuk diajak sharing, yaitu berbagi pengalaman dan cerita tentang seputar pertanian organik, dengan para peserta SLPSA tersebut. Pelatihan budidaya genjer juga sempat diajarkan oleh Pak Kliwon dari Langkat.
Selain itu, para peserta juga dilatih bagaimana melakukan komunikasi persuasif agar dapat mempresentasikan hasil pengamatannya dalam sekolah lapang dengan baik. Hal ini juga untuk memupuk keberanian petani dalam mengeluarkan pendapat dan menyuarakan hak-haknya serta membagi pengetahuannya. Termasuk juga diskusi mengenai pentingnya jaminan sosial kerja, dalam hal ini disosialisasikan oleh PT Jamsostek Cabang Tanjung Morawa. Pada pertengahan Juni lalu, para peserta SLPSA juga diajak berdiskusi mengenai ancaman kapitalisme global yang disampaikan oleh Iswan Kaputra, Manager ICT Bitra Indonesia. (jc)

 

Blogger news

Blogroll

About