Ternyata mengembangkan
usaha ternak sapi itu tidaklah terlalu sulit kalau dilakukan dengan serius, tidak
sambil lalu. Yang terpenting adalah bagaimana mengatur pakannya. Sebab kunci berternak
adalah bagaimana mengelola pola makan ternak secara efektif, agar pertumbuhan
sapi bisa berkembang baik, sapi jadi gemuk dan lebih terawat. Di samping itu,
peternak juga harus memahami berbagai penyakit sapi serta cara
penanggulangannya.
Demikian
yang terungkap saat peserta pelatihan ternak sapi dari Bitra Indonesia melakukan
dialog dengan pihak Koperasi
Karyawan Rispa Medan (KKRM) di kantor Kebun Percobaan Bukit Sentang, Kamis (3/10) lalu, di Desa
Securai Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat. Para peserta yang
terdiri atas kelompok tani dampingan Bitra dari tiga kabupaten, yaitu Sergai,
Deli Serdang dan Langkat, ini disambut baik dan berdialog langsung dengan Ilyas,
mandor peternakan sapi di kantor tersebut. Adapun peternakan sapi, jelas Ilyas,
ini merupakan anak
perusahaan dari KKRM, yang mencoba peluang usaha di bidang peternakan dan didukung
oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.
Jumarni,
staf community development Bitra Indonesia, saat mendampingi peserta pelatihan menjelaskan,
peserta pelatihan yang berjumlah sekitar 20-an orang petani ini hendak belajar
langsung bagaimana pihak KKRM mengembangkan usaha peternakan sapi. Mulai dari
cara mengolah pakan ternak sapinya sampai penanggulangan penyakitnya. “Karena
petani yang kita libatkan dari tiga kabupaten ini rata-rata sudah mempunyai
ternak, tetapi belum begitu paham bagaimana mengelola ternaknya secara baik dan
efektif,” jelasnya.
Menurut
Ilyas, dalam merawat sapi ternak ini, kita harus jeli dan memahami perkembangan
sapi-sapi tersebut. Dimulai dari ukuran kandang, kesehatan sapi, penyakitnya,
sampai kapan sapi berahi pun bisa diprediksi untuk melakukan breeding (pembibitan sapi). Namun, yang
terpenting juga adalah bagaimana mengatur pola makan sapi-sapi tersebut,
termasuk memberi jenis pakannya. “Mengenai pakan sapi tersebut, di sini kami
mengolah pelepah daun kelapa sawit, yang rata-rata bisa habis 500 pelepah per
hari untuk memberi makan sapi-sapi yang mencapai 157 ekor itu,” katanya. Apalagi
dalam upaya pembibitan, tambahnya lagi, sapi-sapi yang dipelihara harus diperhatikan
pakannya dan perawatannya, terutama dari segi kesehatan sapi.
Dalam
kesempatan pelatihan tersebut, Ilyas mengajak rombongan Bitra berkeliling di
areal peternakan sapi. Di mulai dari Gudang Pengolahan Pakan Sapi, peserta ikut
menyaksikan dan terlibat bagaimana mengolah pelepah kelapa sawit menjadi pakan
sapi. Pelepah
sawit yang dijadikan pakan ternak itu sebelumnya digiling dulu ke dalam mesin
penggiling, yang disebut cuper alias mesin cacah super. Pelepah sawit yang
panjangnya sekitar 3-4 meter ini lantas berubah jadi serpihan-serpihan kecil,
hampir seperti bubuk, keluar dari lubang pipih di bagian lainnya dari mesin
tersebut. “Tapi sebelumnya, duri-duri di pelepah juga harus dibuang dulu.
Karena ditakutkan kalau ketika digiling duri itu tidak hancur lalu termakan
oleh sapi, itu bisa mengganggu pencernaannya,” jelas Ilyas.
Kemudian,
serpihan pelepah sawit yang telah dicampur dedak padi, bungkil sawit, tetes
tebu, garam, dan mineral ini diaduk di dalam mesin pencampur/mikser. Lalu dimasukkan
ke dalam karung-karung untuk difermentasi. Menurut Ilyas, pakan ini bisa tahan
sampai 10 hari, dan aroma yang keluar dari pakan ini nantinya bisa menimbulkan
nafsu makan sapi. “Untuk kebutuhan pakan, yang dibutuhkan tergantung dari berat
badan sapi, biasanya 3 % dari berat badan sapi per ekornya,” jelas Ilyas.
Setelah
mengikuti proses pengolahan pakan, peserta diajak melihat dan merawat sapi-sapi
di kandang serta mengolah kotoran sapi jadi pupuk organik. Pupuk organik ini, dijelaskan
Ilyas, sudah diuji coba 17 kali, dan hasilnya sangat bagus buat tanaman. Tak
cuma itu, peserta juga diajak meninjau wadah pengolahan kotoran sapi menjadi
biogas, yang dapat disalurkan untuk kebutuhan gas rumah tangga. Saat ini biogas
yang diolah KKRM sudah bisa menyuplai untuk kebutuhan gas rumah tangga di 30
rumah di sekitar Kebun Percobaan Bukit Sentang.
Bantuan sapi
bergulir
Suratno,
Ketua Serbila, merasa senang dengan pengetahuan yang telah diberikan Ilyas dari
pihak KKRM tersebut. Ia berharap ini bisa juga diterapkan di kalangan masyarakat
petani Langkat, terutama anggota Serbila. “Apalagi kalau bantuan ternak sapi ini
betul-betul dapat direalisasikan di masyarakat Langkat,” ujarnya berharap.
Demikian
pula dengan Suheri, peternak dari Desa Serba Jadi, Deli Serdang. Seusai
pelatihan ini, ia berniat akan mencoba menerapkan berbagai pengetahuan yang
didapatnya dari pihak pengelola Peternakan Sapi KKRM tersebut. Mengenai pengolahan
kotoran ternak menjadi biogas, menurut Suheri, mudah-mudahan di kampungnya hal itu
bisa secepatnya terealisasi.
Menyambut
baik harapan para peserta pelatihan tersebut, Jumarni mengatakan, dalam waktu
dekat mudah-mudahan akan ada bantuan ternak sapi. Tapi bantuan ini tidak
berbentuk hibah, melainkan bantuan bergulir. Artinya, ternak sapi ini bisa
bermanfaat banyak dan menyeluruh ke petani-petani lainnya. Ambil contoh, ketika
sapi itu melahirkan, anak sapi tersebut akan diberikan kepada petani lain, yang
belum mendapat sapi. “Jadi, manfaat langsung dari ternak sapi itu bisa
dimanfaatkan petani lainnya,” jelasnya. (jc)
0 komentar:
Posting Komentar